Mars: KAMI PEMUDA PEMBELA AGAMA... PEMBANGKIT UMAT YANG UTAMA... BERTABLIG MEMIKAT HATI YANG SUCI... BERDALILKAN QURAN DAN HADIS... DITANAM IMAN DISEBAR AMAL... MEMIMPIN JIWA DAN AKHLAKNYA... MEMBASMI BID'AH AGAMA... BERDAKWAH, BERKHUTBAH, BERJIHAD... Reff:: BERSATULAH...BERSATULAH...BERSATULAH... HAI MUSLIMIN... SIAPA YANG MENENTANG ISLAM...MUSNAHLAH DALIL DAN HUJJAHNYA

June 10, 2009

Persis Menakar Capres-Cawapres

Beberapa hari yang lalu, saya menerima pesan SMS dari seorang ikhwan yang isinya,

"Hasil Rapat Lengkap PP Persis, PW dan PD di Pesantren Ciganitri 7/6/2009 sepakat untuk mendukung pasangan JK-Wiranto dengan cara tidak vulgar. Mohon disebarkan!".

Saya coba respon dengan penasaran, "Jika berita itu benar, mohon konfirmasi dari aspek apa tidak vulgarnya?". Sampai hari ini belum ada jawaban.


Saya cari info kesana-kemari, akhirnya saya temukan jawaban beserta komentar-komentar yang datang di sini.

Inilah prosesi penetapan sikap dan latar belakangnya dalam menghadapi Pilpres yang sebentar lagi akan berlangsung........



Tulisan di bawah ini adalah sebagian notulensi rapat Pemuda Persis. Saya mohon maaf terlambat melaporkan tulisan ini, karena hari ini sibut rapat, dugi ka leneng.

Laporan Hasil Rapat PP Pemuda Persis 20 Mei 2009
Rapat dihadiri
1. Ketum: Jeje Zaenudin
2. Sekum: Nanang
3. Ketua I : A.Muh. Furkon
4. Ketua II : Tiar Anwar Bahtiar (Izin Sakit)
5. Ketua III: Tresna
6. Tatang Muttaqin (izin dalam perjalanan/terjebak macet)
7. Dudung Abdulrahman
8. Ucu
9. Deny
10. Ridwan Gaban Effendi
11. Yusuf Burhanudin
12. Teten
13. Irfan
14. Yudi
15. Uus
16. Latif Awaludin
17. Dll (maaf kepada yang gak kesebut namanya) hilap deui
Semua adalah pengurus PP Pemda Persis 2005-2010.

Ada tiga agenda rapat
1. Pembahasan Turba (jadwal dan penugasan) alhamdulillah beres
2. Kemungkinan pergantian sekretaris Ketua III, karena berhalangan
3. Pembahasan sikap dukungan Pilpres.
Mungkin yang ingin saya sampaikan point ke tiga, sebab 1 dan 2 urusan dapur.

Poin ketiga diawali dengan pengantar dari Ketum, bahwa dalam Pilpres kita harus punya sikap, sebab seringkali umat di bawah bertanya pada kita. Jangan sampai umat di bawah semakin bingung, karena kita juga bingung (tidak tahu harus kemana).

Setelah memberikan pengantar Ketum mempersilahkan saya untuk menyampaikan pertimbangannya. Saya katakan, bahwa sejak gonjang-ganjing koalisi saya sudah muak dengan para elit politik. Sebab mereka menyalahi sistem politik. Dalam sistem presidensial tidak ada istilah koalisi untuk memenangkan Presiden, semestinya koalisi dibangun jauh sebelum Pemilu. Dasarnya adalah visi dan platform parpol masing-masing.

Sampai kemudian, deklarasi JK-Win, sama sekali tidak menarik dan saya tidak memberikan cukup perhatian, begitu juga dengan SBY Berbudi dan Mega-Pro.
Yang membuat saya terusik adalah, ketika saya melihat masing-masing calon mendaftarkan diri ke KPU.

Yang menarik perhatian saya adalah pasangan JK-Win berjalan dari rumah wakil presiden (persis di samping Bappenas, dimana kang Tatang nongkrong sehari-hari hehehehe……) menuju KPU. Berjalan paling depan adalah Ibu Mufidah (Istri JK) dan Ibu Uga (Wiranto) yang menggunakan jilbab dengan rapihnya. Saya seperti terkesima melihat kedua Ibu-ibu tersebut, pandangan saya terpaku melihat mereka, saya seakan-akan melihat mereka adalah Ibu-Ibu Persistri, bukan istri calon presiden dan wakil presiden.

Saya keraskan suara televisi dan saya perhatikan secara seksama. Tak lama kemudian memori saya mengingat-ngingat perjalanan dakwah pada bangsa ini. Bukankah Ibu-Ibu itu yang dulu kita dakwahi, hingga mereka memakai jilbab. Subhanallah! Malu saya melihatnya, mereka begitu tegar, berani melaksanakan syari’at Islam di tengah suasana protokoler pejabat, gemerlap kekuasaan dan kemewahan singkat kata ditengah suasana yang jauh berbeda dengan kita. Sementara saya sendiri tak setegar mereka.

Hari itu, mereka berjalan menuju KPU dengan pakain muslimat, jutaan mata memandang dengan beragam tafsir, mereka seakan mengatakan inilah kami Muslimat yang menyongsong tantangan. Malu rasanya hati ini. Saya bertanya dalam hati, sudahkah saya melaksanakan syari’at Islam setegar mereka??

Kemudian saya merenung, akankah sampai hati kita tak membela mereka??? Mereka dengan tegar (kepala berdiri) menegakan syari’at Islam ditonton oleh jutaan manusia. Ingat! jangan anggap enteng kehidupan sekeliling mereka, tantangan bagi mereka jauh lebih besar dalam mempertahankan jilbab dibandingkan kita.

Adapun calon lain, sulit dilihat dari perspektif syari’ah. Teu aya anu katoong.

Ketum, mempersilahkan yang lain. Kang Ridwan mengangkat tangan, meminta waktu untuk bicara, ‘Kalau pertimbangan Kang Aay kitu, maka kita Pemuda Persis, wajib ngadukung JK-win, yang jadi pertimbangan bukan politik pragmatis, tapi ideologis!! Ulah sieun eleh!! Bismillah urang dukung!! Katanya tegas. Allah Akbar!!! kata yang lain.

‘Ini masalah prinsip pikeun urang, bukan masalah main-main. Tuh batur geus wani ngalaksanakan syari’at Islam, piraku urang dek cicing wae’ sambung Tresna.

Yang lainpun turut bicara, yang intinya sama memberikan dukungan untuk JK-Win.

Maka dengan ucapan Bismillah, PP Pemuda Persis akan mendukung JK-Win.

Selain itu, Ketum berjanji akan memperjuangkan di PP Persis. Sambil guyonan, ada yang nyeletuk, lamun PP teu ngadukung JK-Win, ulah ngalarang urang dek ngadukung JK-win hahahaha………

Namun ada pertanyaan, apakah kita akan mendukung secara aktif atau pasif, lagi-lagi juga disepakati kita akan mendukung secara aktif. Maka pembagian tugas dilakukan. Ketum memutuskan, untuk komunikasi politik ditgaskan pada Tatang M dan Aay M Furkon. Jubir untuk dengan PP Persis kang Ridwan.

Rapat ditutup tepat pada azan maghrib.


Komentar Tatang Muttaqin

Hatur nuhun infona Kang Aay,

Neda panghapunten, sanes teu ngiringan kana jamaah sinareng imamah namung terkait aturan, pns tidak boleh ikut aktif berpolitik (netral), mohon kiranya saya tidak dicantumkan. Nanti KPU 'menyemprit lho'....he3x

Hatur nuhun


Komentar M Syarif Hidayat

Mesti ditembuskan kepada elite politik Parpol Islam ............. masa Ketum Parpol Islam berjabat tangan dengan bukan muhrimnya .........?? aneh ..??


Komentar Yayan Sopyani Al-Hadi

Ketika orang sudah lalai (menyingkirkan?) catatan Cliford Geertz, tentang politik santri, banyak yang gundah tatkala di pemilu 09 tidak ada tokoh 'santri' yang muncul. Hal ini berbeda dengan pemilu 04 yang dimeriahkan oleh kaum santri.

Keputusan PP. Pemuda PERSIS untuk menjatuhkan pilihan pada JK- WIN adalah pilihan yang menarik dan tepat, sejauh pikiran saya. kalau saya terpaksa menjerembabkan diri pada kerangka teori usang ala Geertz, maka JK lah yang mewakili kaum santri itu, dalam pemaknaan yang sangat lonnggar.

Maka, Shawwu Shufufakum... Rapatkan dan Luruskan barisan untuk mendukung JK-Win, secara aktif.

Siapkan juga tim utuk merumuskan pensuksesan tersebut..

BISMILLAH........................


Komentar Yudi Wahyudin (Indonesia)
PERTANYAAN KECIL DARI SAYA

Bismillah....
Terlepas dari apapun keputusannya, saya hendak mengomentari proses bagaimana keputusan itu diambil. Meski saya tidak ikut hadir, tapi saya cukup menangkap jiwa rapat ini dalam tulisan di atas.

Terlihat dari awal, bagaimana kesan carut marutnya kelakukan elit politik kita dalam melakukan berbagai macam manuver politik ala Indonesia, yaitu KOALISI DENGAN YANG MENGUNTUNGKAN, TIDAK PEDULI APA FATSOEN POLITIKNYA. Hal tersebut diungkap secara jelas oleh Kang Aay, "Saya katakan, bahwa sejak gonjang-ganjing koalisi saya sudah muak dengan para elit politik. Sebab mereka menyalahi sistem politik. Dalam sistem presidensial tidak ada istilah koalisi untuk memenangkan Presiden, semestinya koalisi dibangun jauh sebelum Pemilu. Dasarnya adalah visi dan platform parpol masing-masing".

Dari situ dan dari beberapa 'rembugan diskusi' politik, Pemuda Persis kelihatannya lebih menawarkan strategi -jikapun harus bermain di ranah politik yaitu dengan, "Bagaimana menciptakan Kultur Politik Ideal, ketimbang harus repot dengan persoalan dukung mendukung, atau bahkan terjun dalam dunia politik praktis". Sebab semuanya sudah serba absurd, pertarungan ideologi Islam-sekuler sudah membias, santri dan abangan sudah gak jelas. Pilihannya jelas, jika tidak bermain secara pragmatis, ya pilihannya adalah mendidik masyarakat (dan saya kira itu lebih tepat daripada memilih sikap pragmatis, ya toh...!)

Namun saya sedikit terganggu -untuk tidak mengatakan lucu, ketika pertimbangan pemilihan terhadap JK-Wir justru didasari oleh pertimbangan-pertimbangan 'Syari'at' yang menurut saya dalam ketiga calon yang ada ciri-ciri itu, sudah terkubur beberapa tahun silam. Apakah ini tidak terlalu dipaksakan? Apakah juga tidak kontradiktif dengan sikap JK-Wir yang mondar-mandir cari koalisi dengan partai yang berbeda visi.?

Saya hargai semangat dan respon kawan-kawan di PP ketika ungkapan, "Hari itu, mereka berjalan menuju KPU dengan pakain muslimat, jutaan mata memandang dengan beragam tafsir, mereka seakan mengatakan inilah kami Muslimat yang menyongsong tantangan. Malu rasanya hati ini. Saya bertanya dalam hati, sudahkah saya melaksanakan syari’at Islam setegar mereka??"

Respon-respon yang lebih emoticon jelas bermunculan, seperti "Ini adalah pertarungan ideologis, bukan pragmatis", "Ini masalah prinsip pikeun urang, bukan masalah main-main. Tuh batur geus wani ngalaksanakan syari’at Islam, piraku urang dek cicing wae", dan komentar lain yang sejenis. Ya karena memang kita semua merindukan itu, kita merindukan syari'at untuk ditegakkan, kita merindukan pemimpin yang menghendaki Islam untuk dijadikan basis, tolak-ukur proses dan akhir dari perjalanan politik. Kita menginginkan semua itu. Tapi sekali lagi apakah karena kerudung dan interperetasi, "inilah kami Muslimat yang menyongsong tantangan", kita jadi terjebak dukung-mendukung? Jika ini sebuah strategi, kenapa juga tidak kita dukung dalam proses pileg? Berapa cost yang harus dibayar, ketika saat-saat kita harus 'lepas landas' dalam kancah keilmuan, kita justru kembali lagi terjebak oleh proses politik yang sangat sebentar ini? Bukankah juga yang memimpin nanti adalah sang Suami bukan Istrinya? Seharusnya tolok ukur semacam ini yang lebih kita butuhkan ketimbang alasan-alasan emosional di atas.

Ini adalah kegundahan saya pribadi, tanpa melibatkan orang lain dalam proses penulisan komentar ini. Dan ini bukan keputusan organisasi Pemuda Persis Garut, ini sekedar respon dari kawan yang jauh dari riuh rendah kemegahan dunia politik.

Wallahu 'alam
Yudi Wahyudin


Komentar Aay Muhammad Furkon

Terima kasih atas respon yang diberikan teman-teman. Rekan-rekan yang baik, siang ini saya mendapat sms dari teman baik saya d M’sia ‘Ay, nggak salah neh PP Persis (maksudnya Pemuda pen.) dukung JK-Win? Apa gak sekalian Mega-Pro? He5……’ saya jawab, ‘Bos lihat pertimbangannya, kalau keliru mohon dikeoreksi’.

Kebijakan yang dibuat PP Pemuda Persis yang mendapat berbagai penilaian. Ini merupakan sesuatu yang wajar. Seperti yang dicermati Kang Yudi kebijakan dianggap emosional demikian juga dengan Kang Malki.

‘…..Malu rasanya hati ini. Saya bertanya dalam hati, sudahkah saya melaksanakan syari’at Islam setegar mereka?’ mengapa saya katakan demikian, pergaulan saya selama ini memberikan ibrah yang luar biasa. Banyak istri kalangan ‘tokoh Islam’ dengan segala hormat, istrina bulucun. Kalau benar kita mau instrospeksi betapa beratnya menggunakan jilbab bagi kaum muslimah, mari kita lihat tokoh-tokoh sekeliling kita, saya tidak mau tunjuk hidung, malu pak! Bapakna ngadalil, anak jeung pamajikan bulucun.

Sekarang yang kita lihat, Istri Jendral Pak! Menggunakan Jilbab. Saya tidak mengerti apakah ini sikap emosional ??? Untuk menyamakan persepsi ini, saya mohon saudara-saudaraku baca buku ‘The ideology of Soldier’, The Old Soldier Never Die, maaf saya lupa nama pengarangnya atau baca juga buku-buku Sapta Marga, sumpah dan janjinya TNI. Dari situ saudara-saudaraku baru bisa kemudian membayangkan apa ideologi tentara. Nah sekarang istrinya pakai jilbab, how could you imagine ??

Yang agak mudah untuk membandingkan dengan titik ekstrem yang lain, sama dengan, anak perempuan pimpinan pondok pesantren pakai tank top, dihalaman Pesantren?? Dan itu dibiarkan, bisa anda bayangkan.
‘Jika ini sebuah strategi, kenapa juga tidak kita dukung dalam proses pileg?’ saya tidak mengerti, mengapa pileg dan pilpres disamakan??

‘Bukankah juga yang memimpin nanti adalah sang Suami bukan Istrinya?’ apakah sikap selama ini para suami membiarkan istrinya menggunakan jilbab tidak cukup bukti, akan persepsi mereka tentang syari’at Islam. Apakah syari’at Islam harus dibicarakan oleh mereka, seperti juga bagaimana kalangan parpol Islam ‘mendagangkan’ syari’at Islam? Dan pada kenyataannya, dengan segala hormat partai yang pernah kita dukung, istri orang no 1 nya bulucun??

Terlalu gegabah, kalau kita memutuskan karena sekilas. Kalau hanya sekilas saya kira teman-teman lain seperti kang Tatang, Kang Tiar, kang Jeje yang berkecimpung langsung dengan pergerakan, juga akan teriak dan memberikan informasi lain. Mungkin ini masalah informasi saja.

Untuk yang fed up, ya monggo saja, sebab dalam dunia realitas the show must go on. Dan kami pimpinan menjadi rujukan bagi jama’ah, we have to decide. Secara metode sebagaimana disampaikan kang Jeje.

Semoga menjawab kegelisahan teman-teman.

Komentar Dani Rahman

Reality Show..... tayangan menggetarkan hati memikat pemirsa tv di indonesia pancingan keibaan umat yang suka akan kisah melodramatik yang menguras airmata.

Minta tolong, Bedah Rumah, Duit Kaget, Dibayar Lunas, Tukar Nasib, Tangan Diatas dst dst. Alih alih katanya untuk penggugah kepedulian untuk si miskin yang jelas pembodohan umat sebagai eksploitasi kemiskinan atas nama rating, lebih parah lagi si miskin ternyata mudah 'Dicicipi' dan 'Dapat dipermainkan'.

Mudah-mudahan yang rekan-rekan tulis sebelumya di topic ini, bukan Reality Show kan??.........


Komentar Denny Risnandi

Judul Reality Show nu paling tepat buat kondisi di atas adalah "TERBAIK DARI YANG TERBURUK".

Sakali deui CAPE.... ternyata besar benar dosa umat Islam di Indonesia teh... sampai-sampai Allah tidak memberikan banyak pilihan bagi kita umat muslim dalam menentukan seorang pemimpin.

TOBAT...TOBAT...HAYU URANG TARAROBAT......




No comments:

Post a Comment

Text Widget

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Selayang Pandang Kab. Bandung

Selayang Pandang Kab. Bandung
Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan di antara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 299 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis 2006) dengan mata pencaharian yaitu disektor industri, pertanian, pertambangan, perdagangan dan jasa.

Popular Posts